Langsung ke konten utama
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ba’da Tahmid dan shalawat Nama saya Amiris Sholehah, biasa dipanggil Ami. Berasal dari salah satu kabupaten di MATARAM (MAdura TAnah gaRAM), Pamekasan namanya. Saya adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. Bapak saya Moch. Mansur, beliau seorang tukang bangunan yang bekerja hanya saat orang memintanya membangun masjid/rumah dan Ummi Nuryami yang memilih untuk berjualan di rumah sembari melayani suami dan mendidik putra-putrinya. Syukur Alhamdulillah saya dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga agamis dan disiplin. Bapak selalu berperan aktif dalam memilih pendidikan bagi anak-anaknya termasuk menunjuk kampus dan jurusan saya. Ummi tak pernah ketinggalan mengingatkan masalah ibadah, terutama sholat lima waktu setiap harinya. Bagi sebagian orang mungkin pola asuh yang sedikit otoriter ini kurang baik, namun entah kenapa saya dan saudara-saudara saya sangat menikmati pola asuh yang mereka pilih. Awalnya saya tidak pernah berpikir cita-cita menjadi guru sejak SD itu bisa menjadi nyata. Dengan kondisi ekonomi serba cukup tentu saja Bapak dan Ummi tidak akan bisa membayar biaya kuliah saya, keyakinan ini ditambah dengan nasib pendidikan kedua kakak saya yang hanya bisa sampai lulus SMA/Aliyah saja. Setelah lulus SMA saya mengungkapkan keinginan saya untuk kuliah kepada orang tua, betul saja prediksi saya, mereka sangat setuju jika saya melanjutkan pendidikan ke Strata 1 namun tak bisa membantu untuk biaya kuliah. Saat itu juga saya memutar otak, mencari cara agar bisa kuliah dengan biaya sendiri. Karena belum punya biaya mendaftar, saya pun memilih untuk menganggur satu tahun. Dalam jangka satu tahun ini saya bekerja serabutan, mulai dari melipat kertas suara di KPU, menjadi pesuruh sampai ikut berjualan membantu Ummi di rumah. Semuanya saya lakukan hanya untuk mengumpulkan biaya pendaftaran kuliah. Satu tahun berlalu, akhirnya saya dapat mendaftar kuliah di kampus dan jurusan yang Bapak saya pilih. Saat kuliahpun saya nyambi kerja sebagai penjaga wartel, dari sini saya bisa membiayai kuliah. Ketika kuliah di semester tujuh, saya yang kuliah di jurusan Tarbiyah tentu saja memerlukan banyak pengalaman sebelum benar-benar terjun menjadi guru di sekolah. Dengan percaya diri saya menawarkan diri menjadi guru ngaji di salah satu TPQ tanpa digaji. Alhamdulillah... Pihak Madrasah sangat welcome dan mau menerima saya mengabdi disana. Di TPQ inilah titik awal saya berkenalan dengan dunia pendidik, dengan bekal ilmu dari kuliah saya berusaha untuk menerapkan dan mentransfernya. Awal-awal memang Tak mudah memposisikan diri sebagai guru namun ketika saya meluruskan kembali niat mengajar dan menikmati peran saya di depan kelas, subhanalllah...Keinginan untuk terus mendidik itu sangat kuat. Empat bulan setelah di wisuda , pihak TKIT Al-Uswah menghubungi saya. Meminta agar saya bisa menggantikan seorang guru disana yang pindah ke luar kota. Sayapun dengan harap-harap cemas menerima tawaran untuk mengajar di TK. Cemas karena saya tidak pernah belajar materi ke TKan dan berharap disana saya banyak belajar dan bisa berkembang. Terang saja, hanya beberapa bulan mengajar di TKIT Al-Uswah sayapun banyak dibimbing kepala sekolah dan teman-teman sejawat. Tak jarang sayapun dikirim untuk mengikuti pelatihan guru TK. Materi-materi keTKan yang belum pernah saya dapatkan di bangku kuliah bisa saya serap dengan baik, dan lagi-lagi saya sangat menikmatinya. Kini empat tahun sudah saya menjadi guru TK. Saya banyak belajar dari Kepala Sekolah, teman-teman guru baik di Al-Uswah maupun guru-guru TK yang lain dan tentu juga dari anak didik saya. Jika bagi Pak Agung mereka semua adalah guru tentu bagi saya pun mereka adalah guru, bahkan bisa menjadi inspirasi dalam tulisan-tulisan saya serta motivator bagi saya untuk terus berbakti, berkarya lalu menjadi berarti. Bicara soal inspirasi, saya sebagai anggota aktif Forum Lingkar Pena Pamekasan sejak 2007 lalu merasakan bahwa anak didik saya adalah tokoh nyata dalam tulisan cerita anak saya belakangan. Alhamdulillah... pertengahan tahun 2012, salah satu karya cernak saya mendapat juara 1 pada lomba menulis cernak PAUD dan dibukukan oleh salah satu penerbit. Dari sinilah saya termotivasi untuk terus menulis, beberapa karya juga mulai terbit di majalah anak regional. Kini, saya berada di antara manusia yang insyaAllah menjadi pilihan Allah. Kami mempunyai visi dan misi yang sama untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Dengan ilmu yang sudah didapat dari SGA berharap menjadi pencerah di tengah-tengah suramnya pendidikan bangsa, bermanfaat di dunia dan menjadi penerang dialam kubur kelak serta mampu mengajak ummat bersama-sama untuk menjadi pewaris Nabi yang bisa menebar cinta dalam dakwah pendidikan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simposium Muslimah : Moment Refleksi Muslimah Masa Kini

Memudarnya nama Khadijah sebagai suri tauladan bagi kebanyakan Muslimah masa kini membuat acara Simposium Muslimah memang pantas untuk diselenggarakan. Berawal dari visi yang sama antara Isyroqoh, PD. Salimah Pamekasan, Forum Lingkar Pena Pamekasan dan Aliansi Jurnalis Muslimah Pamekasan, akhirnya terselenggaralah acara langka ini pada hari Ahad, 28 Agustus 2016 di Aula Pendopo Wabup Pamekasan. Acara yang di tunggu-tunggu oleh sekitar 100 peserta dari berbagai macam profesi dan lintas usia ini Berlangsung khidmat dan sukses. Sejak dimulainya pada jam 09.00, dua muslimah, Ibu Santi WE. Soekanto dan Ibu Yulyani sebagai pemateri sudah menjadi sorotan para hadirin saat itu. Materi seputar kemuslimahan dengan tema Khadijah : Hidup, Peran dan kiprahnya memang membuat penasaran banyak peserta. Sebagai Jurnalis tentu saja Ode Santi, kami biasa memanggil, telah mempunyai pengalaman luar biasa bersama dengan muslimah lintas negara. Profesinya sebagai relawan juga membuatnya sadar bahwa musl

TARBIYAH ITU KEREN

“Hari gini gak punya Pacar???” Salah seorang teman terkejut sambil menirukan gaya bicara dari salah satu iklan operator seluler saat aku menjawab pertanyaannya “Sekali-sekali nyobain dong Am rasanya pacaran tu gimana!” Sepupuku memaksa + mempengaruhiku untuk pacaran dengan temannya. “Rugi banget lo… masih muda gak punya pacar alias ngejomblo” Yang satu ini dari berasal dari teman-teman SMP ku dulu, dan masih banyak kalimat-kalimat propaganda dari yang lain. Dan…. Ini nih jawabanku dengan pelan-pelan ditambah senyum manis tentunya “kenapa harus rugi? Toh aku gak harus ngeluarin biaya untuk ngedate, gak buang-buang pulsa untuk sms-an, dan tentunya nih ya pikiran gak ruwet ngurusin orang yang belum tentu jadi suami ku”. “Ya…. Seenggaknya kalo kamu sakit kan ada yang care, kalo kamu lagi sedih ada yang ngibur, kalo kamu lagi gak mood ada yang nyemangatin, kalo kamu bla… bla… bla…‘n bla… bla…bla...”. mereka mengajariku. Aku berfikir dan mencoba mencari jawaban untuk menskakmatch