Memudarnya nama Khadijah sebagai suri tauladan bagi kebanyakan Muslimah masa kini membuat acara Simposium Muslimah memang pantas untuk diselenggarakan. Berawal dari visi yang sama antara Isyroqoh, PD. Salimah Pamekasan, Forum Lingkar Pena Pamekasan dan Aliansi Jurnalis Muslimah Pamekasan, akhirnya terselenggaralah acara langka ini pada hari Ahad, 28 Agustus 2016 di Aula Pendopo Wabup Pamekasan. Acara yang di tunggu-tunggu oleh sekitar 100 peserta dari berbagai macam profesi dan lintas usia ini Berlangsung khidmat dan sukses. Sejak dimulainya pada jam 09.00, dua muslimah, Ibu Santi WE. Soekanto dan Ibu Yulyani sebagai pemateri sudah menjadi sorotan para hadirin saat itu. Materi seputar kemuslimahan dengan tema Khadijah : Hidup, Peran dan kiprahnya memang membuat penasaran banyak peserta.
Sebagai Jurnalis tentu saja Ode Santi, kami biasa memanggil, telah mempunyai pengalaman luar biasa bersama dengan muslimah lintas negara. Profesinya sebagai relawan juga membuatnya sadar bahwa muslimah masa kini mempunyai peran yang sama seperti Khadijah RA. “Khadijah dan kita sama-sama berada di garis depan,” terang beliau. Ini tentang keimanan, bahwa yang memperjuangkan agama Islam, ia harus merasa berada di garda terdepan meski banyak sekali ancaman-ancaman. Menurut beliau, ancaman bagi muslimah begitu dekat namun kita merasa biasa-biasa saja. Ada banyak kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual pada perempuan belakangan ini, namun hal ini hanya menjadi berita sensasional saja tanpa ada solusi atau proses meminimalisir ancaman dari muslimah itu sendiri. Maka dari itu, muslimah harus bisa bela diri, muslimah harus bisa mandiri. Ancaman kedua datang dari pemikiran bahwa LGBT itu adalah perlindungan HAM, menikah boleh dengan sesama jenis selama tidak mengganggu ketenangan orang lain. Terus terang ini menjadi ancaman bagi muslimah yang belum menikah maupun yang sudah. Para orang tua di Ghaza, mereka rata-rata menikahkan putra putrinya di usia dini dalam rangka untuk melindungi keturunannya. Sejatinya bukan pemikiran ataupun propaganda para kaum musyrikin itu yang ditakutkan, tapi mereka melindungi anak cucunya dari godaan syetan. Kalau para muslimah Ghaza sudah mulai melakukan perlawanan, bagaimana dengan kita muslimah Indonesia?
Muslimah kita saat ini terlalu sibuk dengan penampilan, trend dan kredit. Sebagai muslimah harusnya kita bisa mengatur mana kebutuhan dan mana keinginan. Menumpuk harta tak berguna apalagi sampai kredit merupakan kesia-siaan. “Ingatlah, saudariku, bahwa harta harta sepotong talipun akan dihisab, diminta pertanggung jawaban kelak,” seru Ode Santi. Kita lupa bahwa Khadijah sebagai teladan terbaik kaum muslimah selalu berjuang membela Islam, dipikirannya hanya bagaimana agar ia menjadi pendamping Rosulullah yang baik dan taat pada Allah. Bahkan dalam sirah dikisahkan bahwa beliau syahidah saat memperjuangkan kalimatullah. Kahdijah memang telah tiada, namun peran, hidup dan kiprahnya bisa dijadikan sebagai teladan.
Berbeda dengan Ode Santi, pemateri kita selanjutnya adalah Ibu Yulyani. Beliau pebisnis dan politikus muslimah asal Surabaya. Kita akan banyak belajar tentang bisnis bagi kaum muslimah. Baginya urusan bisnis sudah tertanam sejak masih SD dan berlanjut hingga saat ini, bahkan darah bisnisnya turun pada anak sulungnya bernama Hamas (Pemeran Mas Gagah dalam film KMGP). Ummu Hamas, sapaan akrab bagi Ibu Yulyani, membakar semangat para hadirin Simposium Muslimah. Bagi praktisi seperti beliau, teori-teori seputar bisnis dan politik tak perlu disampaikan dengan panjang lebar. Cukuplah pengalaman menjadi guru terbaik untuk memperbaiki kesalahan. Diajaknya para muslimah untuk berdakwah melalui bisnis dan politik. “Parlemen itu dibutuhkan orang-orang baik seperti antunna, jangan sampai yang menguasai kebijakan dalam negeri ini adalah orang-orang yang bobrok moralnya. Tidak perlu keluarin duit banyak-banyak kalau mau jadi politisi, bergabunglah dengan banyak komunitas social, insyaAllah mereka akan mendukung kita,” ucapnya penuh lantang dan tegas. Baginya Khadijah adalah inspirator dalam berbisnis dan berpolitik. Muslimah adalah pejuang, harusnya ini tertanam dalam diri setiap muslimah dimanapun ia berkiprah.
Seminar dari dua pemateri ini berakhir pada pukul 11.30 setelah sempat berdiskusi panjang dengan banyak peserta. Menariknya, setelah pemberian cindera mata dari panitia, kedua pemateri muslimah ini diburu para penggemar untuk mengabadikan gambar di ponsel. Tak puas dalam seminar beberapa peserta masih asyik konsultasi disela-sela pemateri menunggu mobil jemputan.
Berakhirnya seminar bertajuk Khadijah : Hidup, Peran dan Kiprahnya ini bukan berarti berakhir pula acara simposium muslimah. Masih banyak peserta yang bertahan di lokasi setelah istirahat, sholat dan makan. Kesebelasan Muslimah Panelis yang sudah mengumpulkan paper sejak seminggu sebelumnya akan beraksi, mempresentasikan hasil tulisan masing-masing. Berikut adalah judul paper dan nama penulisnya :
1. Nasab dan Akhlaq Mulia Khadijah Ra (Amilatul Falah)
2. Strategi Bisnis Khadijah (Abrar Syihab)
3. Jalan Cinta Khadijah Ra (Mawaddah)
4. Belajar dari Proses Ta’aruf Khadijah Ra dengan Nabi Muhammad Saw (Hakimah)
5. Khadijah sebagai Istri (Dewi Nur Azizah)
6. Belajar Parenting dari Khadijah Ra (Amiris Sholehah)
7. Kiprah Dakwah Khadijah Ra (Annailatur Rahmaniyah)
8. Kiprah Politik Khadijah Ra (Nurul Khadijah)
9. Penguatan Khadijah Ra terhadap dakwah Rasulullah Saw dalam Tinjauan Psikologis (Iffatul Afifah)
10. Detik-detik Akhir Kehidupan Khadijah (Anisah Amin)
11. Fiqih Khadijah Ra (Taqiyah M. Shams el ‘Arifin)
Kesebelasan panelis dari dua organisasi kepenulisan ternama di pamekasan ini (Forum Lingkar Pena Pamekasan dan Aliansi Jurnalis Muslimah) berhasil mempresentasikan hasil tulisannya di depan para peserta. Kemudian disambung dengan diskusi atau tanya jawab dari peserta kepada presentator. Tema menarik yang menjadi bahan diskusi panjang adalah “Belajar dari Proses Ta’aruf Khadijah Ra dengan Nabi Muhammad Saw”. Acara simposium muslimah ini berakhir pada pukul 14.30 dengan diakhiri kesimpulan yang disampaikan oleh Ibu Naimah dari PD. Salimah Pamekasan.(Ami)
“Hi…hi…hi….” Erik tertawa sendiri di bawah pohon sambil memegang buku. Teman-temannya yang sedang asyik bermain tiba-tiba berhenti dan memperhatikan tingkah aneh Erik. “Ha…ha…ha…” Tawanya semakin keras, teman-temannya yang penasaran mulai menghampirinya. “Ada apa, Rik?” tanya Deva yang sudah ada di dekatnya. Erik berhenti tertawa dan memperlihatkan buku-bukunya. “Lihatlah, aku punya banyak buku menarik!” ucap Erik. “Memangnya kamu bisa baca, Rik?” tanya seorang temannya lagi. “Bisa, dong! Kalau tidak, mana mungkin aku akan tertawa ketika membaca buku menarik ini,” jawab Erik tegas. Beberapa temannya melihat-lihat buku yang di katakan Erik menarik itu. Teman-temannya memang belum bisa membaca semua tetapi mereka suka dengan buku-buku yang Erik bawa. “Bukumu memang terlihat menarik, Rik, tapi kita tidak bisa membaca,” kata Deva. “Tenanglah! Nanti aku akan bantu membacakannya,” janji Erik pada teman-temannya. “Benarkah? Kalau begitu, tolong bacakan buku ini, Rik,” pinta De
Seru ya, Mbak temanya. Sayang nggak bisa hadir. Maybe next time ^^
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusMasyaAllah, 2 pemateri kita emang kece :)
BalasHapus