Langsung ke konten utama
Teruntuk Ummi Di rumah Assalamu’alaikum Wr. Wb. Izinkan aku memanggilmu Ummi. Biarlah anakmu yang lain memanggilmu Emak namun aku ingin sekali memanggilmu Ummi karena ini adalah sebuah do’a bagimu yang ingin segera berangkat haji. Ummi, banyak hal yang selalu berkesan dari aku kecil hingga sekarang. Engkau tak pernah menitah tapi mampu menjadi teladan bagi anak-anakmu. Bagiku engkau adalah konselor nomer satu, saat masalah menyerbu hidupku. Engkau mampu membantu dengan mengajakku berdiskusi namun tetap tampak wajah teduhmu. Engkau ceritakan kisah para Nabi dan RosulNya yang tak pernah menyerah walau ditimpa berbagai masalah. Hingga itu menjadi bekalku untuk mau meneladani para utusanNya. Saat aku sakit, engkau menjelma menjadi dokter specialis, mengajakku merenung bahwa nikmat Allah yang tak bisa dibeli adalah sehat. Katamu Allah sedang mencuci habis dosa-dosaku, itu jika aku mampu bersabar dan mengambil banyak hikmah dibalik musibah. Engkau ceritakan lagi kisah Nabi Daud yang mampu bersabar saat sakit dan yang tertinggal hanya tulang dan hatinya. Ia bersabar karena yakin bahwa Allah satu-satunya Ilah yang Maha menyembuhkan segala penyakit. Akupun semangat untuk kembali sehat. Ummi… Kata-katamu sungguh ajaib, menjadi do’a yang selalu terkabul dan nyata. Saat aku merengek meminta dibelikan laptop dan engkau tak bisa membelikannya karena uang yang engkau pegang saat itu adalah uang akhirat katamu. Engkau memintaku untuk bersabar menunggu dan menginfaqkan harta untuk yang tak berpunya. Akupun patuh padamu, dan seminggu setelah itu seseorang yang baik hatinya memberi hadiah laptop untukku. Sungguh, kalimatmu menjadi sangat ajaib. Ini semua karena Engkau selalu dekat padaNya. Aku yakin itu. Engkau adalah entrepreneur sejati. Sejak aku kecil, engkau tanamkan padaku untuk mau berusaha sendiri dan bisa hidup mandiri. Katamu “Berlelah-lelahlah saat ini, Esok engkau akan menuai rezeki Ilahi.”. Berdagang menjadi pilihan maisyahmu, seberat apapun cobaan yang engkau terima, jujur adalah kunci keberhasilannya. Alhamdulillah… sampai kini akupun mampu membiayai hidupku sendiri meski belum bisa memberangkatkanmu ke tanah suci. *Entahlah… Aku sendiri lupa, kapan surat ini aku tulis. Tapi saat kembali membacanya, belum sampai dua kalimat saja mataku mulai berkaca-kaca. Air mataku jatuh di paragraf ke dua. Sungguh, aku tak bisa meneruskan surat ini karena cintaku kepada Ummi tak sebatas terungkap dalam kata dan imaji.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simposium Muslimah : Moment Refleksi Muslimah Masa Kini

Memudarnya nama Khadijah sebagai suri tauladan bagi kebanyakan Muslimah masa kini membuat acara Simposium Muslimah memang pantas untuk diselenggarakan. Berawal dari visi yang sama antara Isyroqoh, PD. Salimah Pamekasan, Forum Lingkar Pena Pamekasan dan Aliansi Jurnalis Muslimah Pamekasan, akhirnya terselenggaralah acara langka ini pada hari Ahad, 28 Agustus 2016 di Aula Pendopo Wabup Pamekasan. Acara yang di tunggu-tunggu oleh sekitar 100 peserta dari berbagai macam profesi dan lintas usia ini Berlangsung khidmat dan sukses. Sejak dimulainya pada jam 09.00, dua muslimah, Ibu Santi WE. Soekanto dan Ibu Yulyani sebagai pemateri sudah menjadi sorotan para hadirin saat itu. Materi seputar kemuslimahan dengan tema Khadijah : Hidup, Peran dan kiprahnya memang membuat penasaran banyak peserta. Sebagai Jurnalis tentu saja Ode Santi, kami biasa memanggil, telah mempunyai pengalaman luar biasa bersama dengan muslimah lintas negara. Profesinya sebagai relawan juga membuatnya sadar bahwa musl

Buku Menarik Erik

“Hi…hi…hi….” Erik tertawa sendiri di bawah pohon sambil memegang buku. Teman-temannya yang sedang asyik bermain tiba-tiba berhenti dan memperhatikan tingkah aneh Erik. “Ha…ha…ha…” Tawanya semakin keras, teman-temannya yang penasaran mulai menghampirinya. “Ada apa, Rik?” tanya Deva yang sudah ada di dekatnya. Erik berhenti tertawa dan memperlihatkan buku-bukunya. “Lihatlah, aku punya banyak buku menarik!” ucap Erik. “Memangnya kamu bisa baca, Rik?” tanya seorang temannya lagi. “Bisa, dong! Kalau tidak, mana mungkin aku akan tertawa ketika membaca buku menarik ini,” jawab Erik tegas. Beberapa temannya melihat-lihat buku yang di katakan Erik menarik itu. Teman-temannya memang belum bisa membaca semua tetapi mereka suka dengan buku-buku yang Erik bawa. “Bukumu memang terlihat menarik, Rik, tapi kita tidak bisa membaca,” kata Deva. “Tenanglah! Nanti aku akan bantu membacakannya,” janji Erik pada teman-temannya. “Benarkah? Kalau begitu, tolong bacakan buku ini, Rik,” pinta De

TARBIYAH ITU KEREN

“Hari gini gak punya Pacar???” Salah seorang teman terkejut sambil menirukan gaya bicara dari salah satu iklan operator seluler saat aku menjawab pertanyaannya “Sekali-sekali nyobain dong Am rasanya pacaran tu gimana!” Sepupuku memaksa + mempengaruhiku untuk pacaran dengan temannya. “Rugi banget lo… masih muda gak punya pacar alias ngejomblo” Yang satu ini dari berasal dari teman-teman SMP ku dulu, dan masih banyak kalimat-kalimat propaganda dari yang lain. Dan…. Ini nih jawabanku dengan pelan-pelan ditambah senyum manis tentunya “kenapa harus rugi? Toh aku gak harus ngeluarin biaya untuk ngedate, gak buang-buang pulsa untuk sms-an, dan tentunya nih ya pikiran gak ruwet ngurusin orang yang belum tentu jadi suami ku”. “Ya…. Seenggaknya kalo kamu sakit kan ada yang care, kalo kamu lagi sedih ada yang ngibur, kalo kamu lagi gak mood ada yang nyemangatin, kalo kamu bla… bla… bla…‘n bla… bla…bla...”. mereka mengajariku. Aku berfikir dan mencoba mencari jawaban untuk menskakmatch