Langsung ke konten utama

Buku Menarik Erik

“Hi…hi…hi….” Erik tertawa sendiri di bawah pohon sambil memegang buku. Teman-temannya yang sedang asyik bermain tiba-tiba berhenti dan memperhatikan tingkah aneh Erik. “Ha…ha…ha…” Tawanya semakin keras, teman-temannya yang penasaran mulai menghampirinya. “Ada apa, Rik?” tanya Deva yang sudah ada di dekatnya. Erik berhenti tertawa dan memperlihatkan buku-bukunya. “Lihatlah, aku punya banyak buku menarik!” ucap Erik. “Memangnya kamu bisa baca, Rik?” tanya seorang temannya lagi. “Bisa, dong! Kalau tidak, mana mungkin aku akan tertawa ketika membaca buku menarik ini,” jawab Erik tegas. Beberapa temannya melihat-lihat buku yang di katakan Erik menarik itu. Teman-temannya memang belum bisa membaca semua tetapi mereka suka dengan buku-buku yang Erik bawa. “Bukumu memang terlihat menarik, Rik, tapi kita tidak bisa membaca,” kata Deva. “Tenanglah! Nanti aku akan bantu membacakannya,” janji Erik pada teman-temannya. “Benarkah? Kalau begitu, tolong bacakan buku ini, Rik,” pinta Deva sambil mengambil buku bergambar mobil. “Aku yang bergambar kupu-kupu,ya, Rik!” kata Ines. “Kalau aku lebih suka cerita misteri, Rik,” kata salah seorang temannya lagi. Erik mulai bingung karena banyak permintaan dari teman-temannya. Ia mencari cara agar bisa membacakan semua buku itu pada teman-temannya. “Maaf teman-teman, untuk hari ini aku akan membacakan buku yang sudah ku baca tadi saja, ya!” “Yah, kok begitu, sih, Rik?” gerutu temannya. “Aku janji, besok aku akan membacakan buku-buku yang sudah kalian minta,” kata Erik menenangkan teman-temannya. Setelah itu, Erik membacakan buku kepada teman-temannya. Mereka semua tertawa seperti ketika Erik membaca buku sendirian di bawah pohon tadi. Erik juga sangat senang bisa membaca buku di depan teman-temannya. Keesokan harinya, Erik kembali duduk di bawah pohon dengan teman-temannya, Ia mulai membacakan buku satu persatu sesuai permintaan temannya kemarin. Semuanya terhibur, mereka bangga karena punya teman yang pandai membaca seperti Erik. Tiba-tiba Erik melihat Kak Nora, tetangganya yang sudah kelas tiga SD berdiri di belakangnya. Ia buru-buru menutup bukunya. “Wah, Erik sudah bisa baca,ya? Hebat sekali,” puji Kak Nora. Erik hanya tersenyum, ia tidak menjawab pertanyaan Kak Nora. “Kakak juga punya buku menarik, loh! Sekarang Erik bisa membacakan untuk teman-temannya,” Kak Nora mengeluarkan buku dari tasnya. Erik bingung karena buku Kak Nora tidak ada gambarnya. “Ayo, Rik! Kita ingin tahu isi buku Kak Nora,” teman-temannya mulai mendesak Erik untuk membaca. Erik hanya diam tidak bersuara, ia menunduk malu dan menjelaskan semua pada teman-temannya. “Sebenarnya aku tidak bisa membaca.” “Aku hanya ingin pamer buku-buku menarikku pada kalian,” kata Erik terbata-bata. “Kenapa kamu bisa menceritakannya pada kami, Rik?” tanya Deva. “Itu karena semua bukuku ada gambarnya,” kata Erik malu-malu. Erik mulai merapikan semua bukunya, ia berdiri dan meminta maaf karena sudah membohongi teman-temannya. “Buku Erik ini sangat menarik tapi akan lebih baik kalau kita bisa membacanya,” ucap Kak Nora sambil tersenyum. “Iya, Kak, kita mau belajar saja agar bisa membaca buku-buku menarik Erik,” kata teman-teman Erik kompak. “Aku juga,” kata Erik semangat. Lalu mereka semua belajar membaca pada Kak Nora.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simposium Muslimah : Moment Refleksi Muslimah Masa Kini

Memudarnya nama Khadijah sebagai suri tauladan bagi kebanyakan Muslimah masa kini membuat acara Simposium Muslimah memang pantas untuk diselenggarakan. Berawal dari visi yang sama antara Isyroqoh, PD. Salimah Pamekasan, Forum Lingkar Pena Pamekasan dan Aliansi Jurnalis Muslimah Pamekasan, akhirnya terselenggaralah acara langka ini pada hari Ahad, 28 Agustus 2016 di Aula Pendopo Wabup Pamekasan. Acara yang di tunggu-tunggu oleh sekitar 100 peserta dari berbagai macam profesi dan lintas usia ini Berlangsung khidmat dan sukses. Sejak dimulainya pada jam 09.00, dua muslimah, Ibu Santi WE. Soekanto dan Ibu Yulyani sebagai pemateri sudah menjadi sorotan para hadirin saat itu. Materi seputar kemuslimahan dengan tema Khadijah : Hidup, Peran dan kiprahnya memang membuat penasaran banyak peserta. Sebagai Jurnalis tentu saja Ode Santi, kami biasa memanggil, telah mempunyai pengalaman luar biasa bersama dengan muslimah lintas negara. Profesinya sebagai relawan juga membuatnya sadar bahwa musl
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ba’da Tahmid dan shalawat Nama saya Amiris Sholehah, biasa dipanggil Ami. Berasal dari salah satu kabupaten di MATARAM (MAdura TAnah gaRAM), Pamekasan namanya. Saya adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. Bapak saya Moch. Mansur, beliau seorang tukang bangunan yang bekerja hanya saat orang memintanya membangun masjid/rumah dan Ummi Nuryami yang memilih untuk berjualan di rumah sembari melayani suami dan mendidik putra-putrinya. Syukur Alhamdulillah saya dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga agamis dan disiplin. Bapak selalu berperan aktif dalam memilih pendidikan bagi anak-anaknya termasuk menunjuk kampus dan jurusan saya. Ummi tak pernah ketinggalan mengingatkan masalah ibadah, terutama sholat lima waktu setiap harinya. Bagi sebagian orang mungkin pola asuh yang sedikit otoriter ini kurang baik, namun entah kenapa saya dan saudara-saudara saya sangat menikmati pola asuh yang mereka pilih. Awalnya saya tidak pernah berpikir cita-cita menjadi guru sejak SD

TARBIYAH ITU KEREN

“Hari gini gak punya Pacar???” Salah seorang teman terkejut sambil menirukan gaya bicara dari salah satu iklan operator seluler saat aku menjawab pertanyaannya “Sekali-sekali nyobain dong Am rasanya pacaran tu gimana!” Sepupuku memaksa + mempengaruhiku untuk pacaran dengan temannya. “Rugi banget lo… masih muda gak punya pacar alias ngejomblo” Yang satu ini dari berasal dari teman-teman SMP ku dulu, dan masih banyak kalimat-kalimat propaganda dari yang lain. Dan…. Ini nih jawabanku dengan pelan-pelan ditambah senyum manis tentunya “kenapa harus rugi? Toh aku gak harus ngeluarin biaya untuk ngedate, gak buang-buang pulsa untuk sms-an, dan tentunya nih ya pikiran gak ruwet ngurusin orang yang belum tentu jadi suami ku”. “Ya…. Seenggaknya kalo kamu sakit kan ada yang care, kalo kamu lagi sedih ada yang ngibur, kalo kamu lagi gak mood ada yang nyemangatin, kalo kamu bla… bla… bla…‘n bla… bla…bla...”. mereka mengajariku. Aku berfikir dan mencoba mencari jawaban untuk menskakmatch